MAKALAH
“PEMBUATAN
KEPUTUSAN”
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Softskill
Kewirausahaan
Dosen : Agus Sutedjo
Disusun
oleh :
Ertiza Auli Alghani (
42211488 )
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI KOMPUTER
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “Pembuatan Keputusan”, yang mana makalah ini
disususn bertujuan untuk memenuhi tugas dan memberikan informasi serta
pengetahuan tambahan bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah
pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini penulis susun,
apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan,
penulis mohon maaf yang sebesar - besarnya.
Bekasi, 17 April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kehidupan
manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan (pengambilan) keputusan-keputusan
untuk investasi, menaikan harga jual, menaikan tindakan terhadap karyawan yang
sering terlambat, pemilihan lokasi gedung baru yang harus dibangun, dan
masalah-masalah besar ataupun kecil lainnya dimana manajer harus membuat
keputusan tindakan apa yang dimabil atau paling tidak menugaskan orang lain
untuk memutuskan. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan hasil keputusan itu sendiri
biasanya dilaksanakan oleh orang-orang lain.
Pembuatan
keputusan adalah bagis kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan
penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan
menyangkut keputusan-keputusan yang sangat penting dan jangka panjang yang
dapat dibuat manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan
tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan
digunakan, dan siapa yang akan melaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan.
Seluruh proses perencanaan itu melibatkan manajer dalam serangkaian situasi
pembuatan keputusan. Kualitas keputusan – keputusan manajer akan menentukan
efektivitas rencana yang disusun.
Pengambilan
keputusan selalu berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang
diambil. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian tersebut, keputusan membutuhkan
informasi yang sahih mengenai kondisi yang telah, dan mungkin akan terjadi, kemudian
mengolah informasi tersebut menjadi beberapa alternatif pemecahan masalah
sebagai bahan pertimbangannya dalam memutuskan langkah yang akan
dilaksanakannya, sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat memberikan
keuntungan yang maksimal.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud pembuatan keputusan?
2. Apa
saja tipe-tipe dari pembuatan keputusan?
3. Bagaimana
proses/tahap-tahap dalam pembuatan keputusan?
4. Bagaimana
keterlibatan karyawan dalam oembuatan keputusan?
5. Apa
sajakah contoh kasus dalam pembutan keputusan?
C.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Tujuan
kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar
Manajemen”. Yang membahas mengenai Pembuatan Keputusan, yang mana nantinya
dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan
sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin
(manajer). Pembuatan keputusan diproses oleh pengambilan keputusan yang
hasilnya berupa keputusan.
Defenisi-defenisi
Pengambilan Keputusan menurut beberapa ahli, diantaranya :
1)
G.
R. Terry
Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2)
Harold
Koontz dan Cyril O’Donnel
Pembuatan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Pembuatan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3)
Theo
Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pembuatan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
Inti dari semua perencanaan adalah pembuatan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
4)
Drs.
H. Malayu S.P Hasibuan
Pembuatan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
Pembuatan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
5)
Chester
I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
6)
Rizky Dermawan
Mengatakan pembuatan keputusan
merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki, dikembangkan
secara mendalam oleh setiap orang. Dikatakan seni karena kegiatannya selalu
dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan
tersendiri. Sedangkan dikatakan ilmu karena aktivitasnya memiliki sejumlah
cara, metode, atau pendekatan yang bersifat sistematis, teratur dan terarah
7)
Siagian
Mengemukakan pembuatan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Beberapa
pengertian menurut para ahli mengenai Pembuatan keputusan adalah sama, namun dapat
disimpulkan bahwa Pembuatan Keputusan adalah proses pemilihan alternatif terbaik untuk pemecahan suatu masalah
melalui metode dan teknik tertentu.
Pembuatan
keputusan menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih
sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. Pembuatan keputusan ini tidak
hanya dilakuka oleh para para manajer puncak, tetapi juga para manajer menengah
dan lini pertama. Setiap jabatan seseorang dalam organisasi menyangkut berbagai
derajat pembuatan keputusan, bahkan untuk pekerjaan rutin sekalipun dan dalam
macam organisasi apapun.
B.
TIPE-TIPE
KEPUTUSAN
Manajer
akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan kondisi dan
situasi yang ada. Salah satu metode pengklasifikasian keputusan yang banyak
digunakan adalah dengan menentukan apakah keputusan itu di program atau tidak.
Keputusan-keputusan juga dapat dibedakan antara keputusan yang dibuat dibawah
kondisi kepastian, risiko, dan ketidak pastian.
Berikut
ini penjelasan mengenai tipe-tipe keputusan :
1)
Keputusan Terpogram
(Programmed Decision)
Keputusan
yang dibuat menurut kebiasaan,aturan atau prosedur. Keputusan-keputusan ini
rutin dan berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai kebijaksanaan-kebijaksanaan
tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan keputusan dalam situasi
yang berulang dengan membatasi dan menghilangkan alternatif-alternatif. Seperti
keputusan pembuatan keputusan penetapan gaji karyawan baru, dan keputusan
tentang berapa banyak persediaan yang harus di pertahankan untuk suatu produk.
Masalah-masalah rutin tidak selalu sederhana, keputusan-keputusan yang
diprogram dapat juga digunakan dalam penanganan masalh yang kompleks dan rumit.
2)
Keputusan tidak Terprogram
(non-programmed decision)
Keputusan
untuk menghadapi masalah khusus,unik dan tidak biasa. Bila suatu masalah tidak
cukup sering terjadi sehingga memerlukan perlakuan khusus, maka masalah itu
harus ditangani dengan keputusan yang tidak terprogram. Seperti apa yang harus
dilakukan atas suatu produk yang gagal, bagaimana memperbaiki hubungan dengan
masyarakat, bagaimana menghadapi pesaing baru yang masuk pasar.
Jika
seorang manajer makin tinggi posisinya dalam tingkatan manajemen, maka
kemampuannya untuk mengambil keputusan tidak terprogram semakin penting. Karena
semakin banyak keputusan tidak terprogram yang harus diambil, oleh karena itu
sebagian besar program pengembangan manajemen mencoba memperbaiki kemampuan
manajer dalam mengambil keputusan tidak terprogram.
3)
Keputusan dengan
kepastian, resiko, dan ketidak pastian.
Situasi-situasi
dalam pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat
diketahui dan sulit diperkirakan, seperti reaksi pesaing tertentu, atau tingkat
inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat ketidakpastian dalam berbgai situasi akan
berbeda-beda oleh karena itu, manajer akan menghadapi tiga macam situasi:
Kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
a) Kepastian
( certainty )
Kita
mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dalam kondisi ini
tersedia informasi yang akurat, dapat diukur,dan andal untuk dipakai sebagai
dasar keputusan. Pengambilan keputusan dalam kondisi ini dapat dilakukan
relatif mudah, karena data yang tersedia mengenai kondisi yang akan datang
dapat diprediksikan, sehingga manajer dapat mengambil keputusan lebih cepat dan
tepat. Misalnya kondisi lingkungan eksternal yang relatif stabil dari tahun ke
tahun dalam jangka waktu 5 tahun terakhir akan mempermudah para manajer dalam
mengambil keputusan bisnisnya.
b) Resiko
( risk )
Kita
mengetahui besarnya kemungkinan dari setiap hasil yang diharapkan. Jika
prediktabilitas lebih rendah, maka terdapat kondisi resiko. Informasi yang
lengkap tidak tersedia, tetapi kita mempunyai suatu gambaran yang baik tentang
probabilitas hasil-hasil tertentu.
c) Ketidakpastian
( uncertainty )
Dalam
kondisi ini sangat sedikit yang diketahui. Kondisi ketidakpastian pada umumnya
menyertai keputusan kita yang sangat penting dan sangat menarik, misalnya
keputusan pembukaan perusaan baru secara internasional di suatu negara yang
belum diketahui kebiasaan dan kebudayaannya.
C.
PROSES
PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan
keputusan yang rasional sangat diperlukan bagi setiap organisasi dimana para
manajer dituntut melakukan suatu tindakan yang lebih rasional dalam menghadapi
setiap masalah yang ada. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat
menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang benar. Tetapi
bagaimanapun juga, para manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang
rasional,intelektual dan sistematik akan lebih berhasi dibanding yang
menggunakan pendekatan informal.
Menurut
Chuck Williams proses pembuatan keputusan yang rasional adalah sebagai berikut
:
1) Pemahaman
dan Perumusan Masalah/ Mengidentifikasikan masalah
Langkah
pertama dalam pembuatan keputusan adalah mengenali masalah yang ada. Suatu
masalah timbul apabila ada perbedaan
antar keinginan yang ditetapkan dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi.
Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa manajer akan langsung membuat
keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama, manajer harus mengetahui adanya
perbedaan. Manajer harus mengetahui adanya masalah sebelum memulai mencari
pemecahan masalah. Kedua, meyadarai adanya perbedaan antara kengininan yang
ditetapkan dengan kenyataan yang sesungguhnya tidaklah cukup untuk memulai
pengambilan keputusan. Manajer harus termotivasi mengurangi perbedaan tesebut.
Ketiga, selain hal-hal tersebut manajer juga harus memiliki kemampuan,
pengetahuan, keterampilan dan sumber-sumber daya untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
2) Pengumpulan
dan Analisa Data yang Relevan
Setelah
manajer menentukan dan merumuskan masalah, merekan harus mulai memutuskan
langkah-langkah selanjutnya. Manajer pertama kali harus menentukan data-data
apa yang akan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat, dan kemudian
mendapat informasi tersebut. Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data
yang dibutuhkan, padahal mereka harus mempunyai informaso cukup untuk dapat
merumuskan berbagai penyelesaian.
3) Pengembangan
Alternatif – alternatif
Kecenderungan
untuk menerima alternatif keputusan pertama yang “feasibel” sering
menghindarkan manajer dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk
maslah-masalah mereka. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer
menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih
mungkin pencapaian keputusan yang efektif.
4) Evaluasi Alternatif – alternatif
Setelah
manajer mengembangkan sejumlah alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk
menilai setiap efektivitas setiap alternatif. Efektivitas dapat diukur dengan
dua kriteria : apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan
sumber daya organisasi,dan seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan
masalah.
5) Pemilihan
Alternatif Terbaik
Tahap
kelima pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif.
Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi
manajer dan ketidak sempurnaan kebijakan manajer. Pilihan alternatif terbaik
juga sering merupakan suatu kompromi diantara berbagai faktor yang telah
dipertimbangkan.
6) Implementasi
Keputusan
Setelah
alternatif terbaik dipilih, para manajer harus membuat rencana-rencana untuk
mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan
keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar pemberian
perintah. Dalam hal ini, manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan
ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan. Dengan mengambil
langkah tersebut, manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi. Disamping itu,
[ada tahap implementasi keputusan, manajer juga perlu menetapkan prosedur
laporan kemajuan periodik dan mempersiapkan tindakan korektif bila masalah baru
muncul dalam pelaksanaan keputusan, seta merancang sistem peringatan dini untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.
7) Evaluasi
Hasil – hasil Keputusan
Implementasi
keputusan harus dimonitor terus-menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah
implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang
di inginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu
bagi manajer dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya.
D.
KETERLIBATAN
KARYAWAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Keputusan
utama dalam dunia bisnis jarang dibuat oleh seorang individu. Pembuatan
keputusan yang efektif sering tergantung apakah manajer melibatkan orang-orang
yang benar dengan cara yang gtepat dalam membantu mereka menyelesaikan masalah.
Saat ini banyak manajer yang melibatkan karyawan level bawah dalam proses
pembuatan keputusan apabila memungkinkan. Sejumlah keputusan mungkin
membutuhkan derajat partisipasi bawahan yang lebih tinggi.
a) Model
Vroom-Jago
Victor
Vroom dan Arthur Jago mengembangkan model partisipasi dalam pembuatan keputusan
yang menyajikan petunjuk bagi para manajer praktisi. Model Vroom-Jago membantu
manajer menaksir jumlah partisipasi bawahan sesuai dengan kebutuhan. Model ini
menggunakan 5 level partisipasi bawahan dalam penbuatan keputusan yang berkisar
dari sangat otokratis sampai dengan demokratis. Manajer sebaiknya memilih salah
satu gaya yang disesuaikan dengan situasi. Apabila situasi terjamin, manajer
dapat membuat keputusan sendiri, membagi masalah dengan bawahan secara
individu, atau membiarkan para anggota kelompok membuat keputusan.
Beberapa
gaya keputusan masih dapat diterima pada berbagai situasi. Apabila hal demikian
terjadi, Vroom dan Jago mencatat bahwa gaya otokratis menghemat waktu tanpa
mengurangi keputusan atau penerimaan. Bagaimanapun juga, dalam lingkungan kerja
yang berubah sangat cepat saat ini, dimana karyawan kerap diminta lebih
memberikan partisipasi, para manajer sebaiknya berusaha untuk melibatkan
bawahannya dalam pengambilan keputusan bila memungkinkan.
b) Keunggulan
dan Kelemahan dalam Pembuatan Keputusan Partisipatif
·
KEBAIKAN PEMBUATAN
KEPUTUSAN PARTISIPATIF
1. Memberikan jumlah
pengetahuan yang lebih besar. Kelompok menawarkan
pengetahuan dan fakta yang lebih banyak dalam rangka mengindentifikasikan
solusi potensial dan menghasilkan beberapa alternatif keputusan.
2. Kelompok lebih menerima
resiko. Kelompok diskusi dapat lebih
meningkatkan kepuasan anggota dan menghasilkan dukungan bagi kemungkinan
keputusan yang beresiko.
3. Para anggota lebih
termotivasi dalam melakukan keputusan. Individu
yang ambil bagian dalam pembuatan keputusan akan merasa puas dengan keputusan
yang diambil dan akan berusaha mendukung keputusan tersebut, sehingga akan
memfasilitasi implementasi.
4. Kreativitas lebih
besar. Individu-individu dalam kelompok yang
diberi kebebasan dalam memberikan saran-saran dan pendapat kepada pimpinan akan
terdorong lebih kreatif dan inofatif.
·
KELEMAHAN PEMBUATAN
KEPUTUSAN PARTISIPATIF
1. Memakan biaya dan
waktu. Keputusan yang diambil secara kelompok
biasanya lebih membuang waktu. Orang-orang harus saling melakukan konsultasi,
mendiagnosis masalah dan mendiskusikan solusi.
2. Hasil kompromi bukan
keputusan kelompok. Kurang optimalnya hasil
keputusan karena biasanya kelompok berusaha meraih kompromi solusi.
3. Salah satu anggota
dominan, bukan keputusan kelompok. Pemikiran
kelompok merupakan fenomena dimana orang-orang begitu terikat dengan kesatuan
kelompok sehingga mereka enggan mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan
mengesampingkan motivasi untuk secara realistis mempertimbangkan beberapa
alternatif.
E.
CONTOH
KASUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Penahanan yang dilakukan Polri terhadap dua Pimpinan KPK non-aktif Bibit
Samad Rianto dan Chandra M Hamzah terkait dugaan penyalahgunaan wewenang
kekuasan merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan secepatnya,
karena kasus kriminalisasi KPK ini melibatkan Polri dan Kejaksaan sebagai dua
organisasi penegakan hukum di Indonesia yang apabila dibiarkan berlarut-larut
akan menimbulkan kecurigaan berlebihan dari berbagai kalangan yang pada
akhirnya akan menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat penegak
hukum.
Pada saat-saat seperti ini maka tugas seorang
pemimpin, yakni Presiden Republik Indonesia (RI) untuk dapat menggunakan
kewenangannya didalam pengambilan keputusan guna menyelesaikan polemik
kriminalisasi KPK ini. Apabila dicermati lebih lanjut maka terdapat analogi
antara Presiden RI dengan top-level manajer dari perusahaan, dimana baik itu
Presiden RI dan top-level manajer suatu perusahaan merupakan seorang decision
makers yang dituntut untuk melakukan pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan permasalahan yang menimpa organisasi.
Perbedaaan yang paling mendasar diantara
keduanya hanyalah pada skala organisasi yang dipimpin, dimana Presiden memimpin
organisasi pada level country atau state level sementara top-level-managers memimpin
organisasi pada coorporate level. Sementara, alur pengambilan
keputusan baik itu Presiden maupun top-level-managers akan mengikuti alur yang
sama seperti yang dikemukakan pada landasan teori diatas, berikut merupakan
alur yang paling mungkin dapat terjadi dalam pengambilan keputusan Presiden
dalam menangani persoalan kriminalisasi KPK tersebut.
1.
Tingginya kompleksitas dan
ketidakpastian keputusan, menyebabkan terbentuknya keputusan tidak terprogram, dimana keputusan belum ditetapkan sebelumnya
dan tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. Organisasi, dalam hal ini negara Republik Indonesia menemui masalah
yang belum pernah mereka alami sebelumnya, yakni kriminalisasi KPK. Sehingga
organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut,
akibatnya terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat
menyelesaikan permasalahan atau tidak, yang pada akhirnya keputusan tidak
terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan
keputusan terprogram.
2.
Pengambilan keputusan individu
menggunakan pendekatan rasionalitas yang menekankan langkah-langkah sistematis
dan ilmiah dalam pengambilan keputusan (rational approach) tidak
dimungkinkan untuk dilakukan dalam menyikapi permasalahan kriminalisasi KPK,
hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, faktor politik, tekanan
masyarakat terhadap kejelasan perkara, dan keterbatasan-keterbatasan lain. Hal
ini menjadikan rasionalitas menjadi terkekang dan tidak memungkinkan bagi
Presiden untuk membuat keputusan individu berdasarkan rationality
approach, sehingga model bounded rationality perspective menjadi
alternatif bagi alur pengambilan keputusan. Sehingga pengambilan keputusan
menggunakan pendekatan atau model ini lebih menekankan pada aspek intuisi,
pengalaman dan penilaian (judgement) dibandingkan dengan langkah-langkah
logis dan mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan.
3.
Alur selanjutnya adalah pengambilan
keputusan organisasi, pada level organisasi keputusan yang dibuat umumnya tidak
berasal dari decision makers tapi merupakan kombinasi
keputusan yang melibatkan banyak decision makers. Perkara
kriminalisasi KPK memiliki karakteristik masalah sebagai berikut:
1.
Menuntut solusi yang cepat
2.
Sarat dengan muatan politik
3.
Tekanan publik yang tinggi
4.
Keterbatasan informasi terhadap
permasalahan
Berdasarkan karakteristik tersebut
maka pengambilan keputusan organisasi yang lebih cocok akan mengikuti Carnegie
model atau Garbage can model, model Carnegie merupakan
model bounded rationality perspective pada level organisasi
yang menekankan pada faktor sosial dan politik, modelCarnegie akan
memberikan solusi tunggal terhadap permasalahan. Sementara, Garbage can
model akan memberikan gambaran bagaimana alur setiap keputusan dibuat
dalam organisasi secara keseluruhan dan memberikan solusi majemuk.
1.
Tim delapan yang merupakan tim
pencari fakta (TPF) pada perkara kriminilisasi KPK, menggambarkan bagaimana
alur pengambilan keputusan dibuat berdasarkan Carnegie model. Tim
delapan, merupakan koalisi dengan komposisi yang terdiri dari sebagian besar
pakar hukum yang bertugas mengumpulkan informasi seputar permasalahan yang ada
serta memberi rekomendasi solusi yang diperkirakan dapat mengatasi permasalahan
kepada Presiden.
Terbentuknya
koalisi antar pakar hukum ini memungkinkan terjadinya diskusi, interpretasi
tujuan serta permasalahan, tukar pendapat, menentukan prioritas masalah, serta
dukungan secara sosial terhadap permasalahan beserta solusinya, sehingga
terbentuknya koalisi akan mempermudah pencarian solusi untuk mengatasi
permasalahan yang ada.
2.
Setelah TPF m emberikan rekomendasi,
maka alur keputusan akan kembali lagi kepada Presiden baik itu sebagai seorang
individu maupun pemimpin organisasi. Keputusan akhir dari Presiden mengenai
permasalahan tersebut akan menunjukkan kapabilitas dari seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan untuk mengatasi perkara kriminalisasi KPK yang telah
menjadi burning issue bagi penegakan hukum di Indonesia. Alur
pengambilan keputusan ini pada umumnya akan berlangsung cepat, namun faktor
internal dan eksternal yang sarat muatan politik akan menjadi hambatan yang
signifikan dalam pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Para manajer kadang-kadang
menghadapi berbagai masalah kompleks dimana hasil yang mungkin dari setiap
alternatif penyelesaian sukar diperkirakan. Dalam kasus-kasus seperti ini,
dimana setiap keputusan atau alternatif biasanya melibatkan sejumlah sumber
daya tertentu, manajer perlu mempergunakan berbagai cara untuk mengurangi unsur
keragu-raguan dan ketidakpastian dalam setiap keputusan.
Inti dari semua
perencanaan adalah pembuatan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam
hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih
oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk
mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Rizky Dermawan.
(2004). Pengambilan Keputusan Landasan Filosofis, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
T.
Hani Handoko. (1984). Manajemen. Yogyakarta: BPFE
www.blogspot.com
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar